Selena Gomez, penyanyi dan aktris ternama, tak mampu menahan air mata saat berbicara tentang kebijakan deportasi massal yang belakangan ini menjadi topik panas di Amerika Serikat. Dalam sebuah wawancara emosional, Selena menyuarakan kepeduliannya terhadap keluarga-keluarga yang terpisah akibat kebijakan tersebut.
Tangisan yang Menggugah Empati
Dalam kesempatan tersebut, Selena terlihat terharu saat membahas kisah-kisah menyentuh dari imigran yang terancam kehilangan tempat tinggal di Amerika. Ia mengatakan bahwa sebagai seorang keturunan Meksiko, isu ini memiliki arti mendalam baginya.
“Saya merasa hancur mendengar cerita tentang anak-anak yang harus berpisah dari orang tua mereka. Kita harus memiliki lebih banyak belas kasih sebagai bangsa,” ujar Selena dengan suara bergetar.
Seruan untuk Perubahan
Selena juga menyerukan kepada pemerintah dan masyarakat untuk mencari solusi yang lebih manusiawi. Menurutnya, kebijakan yang hanya mengedepankan pemisahan tanpa mempertimbangkan dampak sosial dan emosional adalah tindakan yang tidak adil.
“Kita perlu kebijakan yang menghargai nilai-nilai kemanusiaan dan keluarga. Ini bukan hanya soal hukum, tetapi juga soal empati,” tambahnya.
Dukungan dari Penggemar
Setelah wawancara tersebut viral, tagar #WeStandWithSelena menjadi trending di media sosial. Banyak penggemar yang memberikan dukungan kepada Selena atas keberaniannya menyuarakan isu yang sensitif ini.
“Terima kasih Selena sudah menjadi suara bagi mereka yang tidak terdengar,” tulis seorang pengguna Twitter.
Langkah Nyata Selena
Tidak hanya berhenti pada ucapan, Selena juga dikabarkan akan terlibat dalam kampanye sosial yang bertujuan untuk memberikan bantuan hukum dan dukungan bagi keluarga imigran yang terkena dampak kebijakan deportasi.
Penutup
Selena Gomez sekali lagi menunjukkan bahwa ia bukan hanya seorang bintang pop, tetapi juga sosok yang peduli terhadap isu sosial yang penting. Dengan suaranya yang besar, Selena berharap dapat membawa perubahan positif bagi banyak orang. Semoga pesan empatinya dapat mengetuk hati para pembuat kebijakan di Amerika Serikat.